Coba simak yang ini deh!
Liat Tayangan
Follow ya...
Wednesday, January 29, 2014
Soal Latihan UN SMP
UN 2014 sudah di depan mata ya...
kebayang kan masih banyak yang belum kita selesaikan. Nah mungkin soal-soal ini dapat membantu kalian ya agar dapat mengingat apa yang belum sempat dipelajari. Silahkan disimak dan di download. Disebarkan juga tidak apa-apa kok :)
http://code.google.com/p/soalbahasaindo9smp/issues/detail?id=1
kebayang kan masih banyak yang belum kita selesaikan. Nah mungkin soal-soal ini dapat membantu kalian ya agar dapat mengingat apa yang belum sempat dipelajari. Silahkan disimak dan di download. Disebarkan juga tidak apa-apa kok :)
http://code.google.com/p/soalbahasaindo9smp/issues/detail?id=1
Label:
School and Work
|
0
komentar
Friday, January 24, 2014
BETAPA BESAR PENGARUH LEKSIKON MAKNA SESEORANG TERHADAP DUNIA SASTRA
Apakah anda sadar betapa jeniusnya anda dalam memproduksi bahasa yang nantinya digunakan
dalam percakapan sehari-hari? Dalam keadaan normal, manusia memiliki kemampuan yang sangat cepat dalam menanggapi makna kata maupun dalam mengucapkannya sebagai tidakan menanggapi ujaran yang diterima. Hal ini memang menakjubkan karena jumlah kosakata yang dimiliki oleh orang dewasa luar biasa besarnya. Penelitian awal mengenai bahasa Inggris yang dilakukan Seashore dan Eckerton (1940 dalam Aitchison 1994: 5) menunjukan bahwa seorang yang terdidik (minimal dapat membaca dan menulis) dapat mengetahui lebih dari 150.000 kata dan mampu menggunakan 90 % dari jumlah ini. Penelitian yang lebih belakangan menunjukan bahwa mahasiswa Negara Inggris memiliki lebih dari 50.000 kosakata. Kosakata para siswa Amerika untuk membaca diperkirakan sekitar 40.000 dan bisa naik menjadi antara 60.000 sampai 80.000 bila nama diri, nama kota, dan ungkapan idiomatik juga diperhitungkan (Aitchison 1994: 7). Kalau kita ambil saja patokan 60.000, yakni, sisi rendah dari 50.000 dan 80.000, kecepatan orang dapat memahami kata sangatlah luar biasa. Dalam metode Shadowing (yakni, subjek diminta untuk meniru ujaran sambil mendengarkannya) didapati bahwa peniru dapat menirukan dengan selang waktu antara 250-275 milidetik.
Sebenarnya apa yang dimaksud leksikon makna? Dan apa hubungan antara penelitian di atas dengan judul dalam essai ini? Apa pula yang menjadikan leksikon makna begitu penting terhadap dunia sastra?
Leksikon makna dapat diibaratkan gudang dimana kita menyimpan barang. Akan tetapi, gudang ini bukan sembarang gudang karena tidak hanya barangnya yang disimpan itu unik, yakni, kata, akan tetapi cara pengaturannya juga sangat rumit. Kita bisa menemukan barang yang kita cari untuk berbagai macam permintaan yang masuk: permintaan itu bisa berupa bunyi, wujud fisik, wujud grafik, atau hubungan satu “barang” dengan “barang” lain. Seandainya gudang itu berisi barang-barang yang hanya ditaruh saja secara acak, padahal gudang itu berisi 60.000 macam barang, maka dapat dibayangkan bagaimana mungkin kita dapat menemukan apapun yang kita cari – dan dengan cepat.
Penelitian di atas menyatakan bahwa kemampuan manusia untuk mengolah kata baik ketika kata tersebut masih dalam bentuk ujaran lawan tutur kita sampai dipahami dan berubah bentuk menjadi ujaran dari tindakan kita sangatlah cepat walaupun melewati cara yang sangat rumit. Itu artinya kosakata yang kita dapati ketika kita bersentuh sapa dengan seseorang akan bertambah dengan sendirinya tanpa kita sadari dan kosakata yang kita dapati tersebut akan terakumulasi dalam memori kita yang disebut leksikon makna. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin sering kita bersentuhan sapa dengan orang banyak maka kosakata yang kita miliki akan semakin banyak dan tentunya ini akan memperbanyak variasi ujaran yang bisa kita produksi. Sebaliknya bila kita mempersempit jumlah sentuhan sapa kita dengan orang lain atau bisa dikatakan hanya dengan orang yang sama maka kemungkinan untuk banyaknya variasi ujaran akan semakin lambat.
Ini menandakan bahwa leksikon makna menjadi salah satu faktor dalam pembuatan sebuah karya sastra oleh seorang sastrawan. Seperi kita ketahui bahwa seorang sastrawan ketika membuat sebuah karya sastra memerlukan banyak varian kata yang banyak, hal itu dibutuhkan untuk memperindah rangkaian kata yang akan terbentuk nantinya. Dengan kata lain seorang sastrawan membutuhkan leksikon makna yang luas dan memerlukan sentuhan kosakata lebih banyak daripada orang biasa karena mereka harus dapat menyelaraskan banyak variasi kalimat.
Jadi jelas sudah mengapa leksikon makna dibutuhkan oleh seorang sastrawan dan sangat penting bagi dunia sastra.
Label:
Blog and Jurnalism
|
0
komentar
PEMAKSAAN WATAK SOSIAL DALAM FILM INDONESIA
Apakah anda cinta akan produk dalam negeri? Bagaimana dengan filmnya?
Sedikit
celoteh dari saya mengenai film Indonesia. Siapa tidak suka film? Saya
pikir hampir seluruh umat manusia suka film. Jepang merupakan kawasan
produksi film terbesar setelah hollywood. Mengapa saya katakan seperti
itu, betapa tidak perkembangan film disana dapat mempengaruhi revolusi
dunia hiburan.
Perkembangan film Indonesia sendiri sempat
mengalami kembang kempis pada masa kepemimpinan Umar Ismail. Betapa
sebuah perjuangan besar bagi seorang Umar saat itu, sampai perlu
mengimpor produk asing (film asing) sebagai pengisi di bioskop-bioskop
dalam negeri. Hal itu dilakukan sebagai keputusan Umar untuk mendongkrak
perfilman Indonesia saat itu (tercantum dalam SK ’70). Namun hasilnya
masuklah budaya asing dengan sedikit skali filtrasi budaya, dan akhirnya
film seks menjadi booming saat itu. Pengaruh dari hal itu, produksi
sineas muda dalam karyanya menjadi ecek-ecek, bisa dikatakan mencontoh
tapi berlebihan.
Dalam data perfilman, pada pertengahan 1990
Indonesia kembali mengalami krisis dalam produksi film. Tahun 1994, 26
film telah dilahirkan dan dilempar ke dalam industri hiburan. 1995, ada
22 film, tahun 1996 (34), dan 1997 (32). Antara tahun 1997-1998, saat
krisis ekonomi dan sosial melanda Indonesia, film Indonesia ikut terjun
dari lantai gedung tertinggi menjadi 4 film sepanjang tahun tersebut.
Lepas
tahun menakutkan tersebut di atas, film Indonesia mencoba untuk bangkit
kembali dengan kenaikan reputasi kuantitatif. Tahun 2000 (14) film,
tahun 2001 turun tiga film, 2002 (14), 2003 (15), 2004 (31), dan 2005
akan ada dalam angka yang sama. Namun apakah anda tahu dibalik kenaikan
film tersebut? Banyak film memaksakan tematik dalam setiap karyanya.
Dengan dalih mencoba untuk mengangkat cerita dalam negeri, akhirnya
puluhan film horor tidak jelas muncul. Saya pikir ini merupakan cara
terpicik yang muncul dari sineas Indonesia dalam berkarya. Bagaimana
tidak, kebanyakan akhirnya akan lari pada bentuk tuntutan pasar yang
tidak seimbang akan sebuah revolusi hiburan dan industri hiburan.
Saya
masih tetap kokoh pada pendirian saya bahwa Hollywood dan Jepang
merupakan pabrik film terbaik di jagad dunia ini. Kita dapat lihat
Detektif Conan (film kartun Jepang) misalnya sebagai contoh. Karakter
yang terbentuk mencoba lari dari esensi sosial yang ada dan masih
mengkerucut pada jati diri negaranya. Dalam film ini siapapun dapat
dijadikan sebagai tersangka, direktur, gelandangan, kawan, musuh,
keluarga. Seperti dapat kita lihat jika Jepang merupakan negara
penghasil teknologi tercanggih di dunia. Esensi ini digunakan sebagai
jati diri pada setiap filmnya dan ini akan menjadi masuk akal. Jepang
dengan teknologinya yang kokoh akan terlihat kuat mengapa Indonesia
tidak dengan dokumenter budayanya sehingga terlihat manis?
Seni
dan sosial sebagai bentuk revolusi hiburan rasanya belum mendapat tempat
yang jelas di Indonesia. Pasca orde Suharto menjabat sebagai presiden,
ternyata belum bisa meninggalkan rasa malu ketika bentuk sosial coba
diterapkan pada industri seni dan hiburan. Seperti pada contoh kasus
yang saya berikan di atas (film Detektif Conan) rasanya kesadaran
revolusi industri di Jepang tidak bisa disamakan dengan Indonesia.
Jepang dapat memberikan pendidikan hiburan yang sebenarnya pada
anak-anak bahwa bentuk kesenian tidak memberikan batasan dalam
prosesnya. Kita justru memiliki nilai hegemoni yang kuat bahwa film
Jepang mengajari kita berimajinasi tinggi, padahal kita tahu esensi seni
adalah imajinasi yang berekspresi. Jadilah kita, Indonesia yang
menuding kesalahan pada orang lain padahal kita yang tidak tahu
kebenaran.
Pada banyak film Hollywood yang siar di publik tidak
sedikit yang menjadikan sesuatu hal yang tabu di negara kita diangkat
sebagai tema dan sukses menjadi film baik. Polisi bisa jadi penjahat,
hakim bisa jadi pelacur atau bahkan germo sementara di Indonesia polisi
akan tetap menjadi polisi dalam kesehariannya, karena jika polisi jadi
tokoh yang suka menilang seseorang tanpa sebab maka akan menjadi
gembar-gembor di sana-sini.
Pola perfilman Indonesia tidak akan
berkembang bagi saya jika masih saja membatasi dan memaksakan watak
sosial pada nilai seni hiburan. Saya masih tetap akan memilih Jepang
sebagai negara yang cerdas menanggapi revolusi hiburan dan industri
hiburan. Sekalipun film kita dianggap film bagus di luar negeri, namun
pada akhirnya masyarakat kita akan tetap memilih Superman daripada
Srikandi yang berlagak jadi Superman.
Label:
Blog and Jurnalism
|
0
komentar
Wednesday, January 8, 2014
Kemunduran atau ketidakpedulian kita
Pernahkah anda membaca sebuah karya sastra, tapi
ketika pertama kalinya anda menghabiskan karya tersebut anda menjadi
bingung akan pesan yang hendak disampaikan? Atau pernahkah anda merasa
asing dengan karya sastra, karena anda merasa bahwa sebuah karya sastra
adalah momok yang menakutkan? Semua pertanyaan itu menjadi keresahan
saya, bahwasanya sastra tidak lagi memasyarakat seperti dulu,
Pada periode lampau, atau dimana sastra masih menjadi kegandrungan bagi semua orang, rasanya karya sastra memiliki ruh yang dapat menjadi pengobar semangat. Pernah anda dengar puisi-puisi karya Chairil Anwar? Banyak karyanya yang memberikan ruh tersendiri bagi pembacanya. Contoh lain, keberanian Alm. Willibrordus Surendra Broto Rendra atau yang biasa kita kenal dengan sebutan W.S. Rendra. W.S. Rendra memiliki banyak karya yang mencoba menyindir pemerintahan pada saat itu (sampai akhirnya puisi-puisinya disebut puisi phamplet) dengan gaya bahasa lugas dan apa adanya. Keberanian Rendra melalui karyanya tersebut, memberikan makna semangat yang teramat besar bagi pembacanya.
Saya pikir tidak ada salahnya hal tersebut terjadi. Kecarut-marutan negara pada masa itu membangkitkan para sastrawan untuk bertindak (mencari kebenaran). Mungkin itu merupakan salah satu alasan yang menjadikan karya-karya mereka terasa memiliki ruh yang kuat. Bayangkan, keprihatinan penjajahan baik intern maupun ekstern terasa benar. Banyak ketidakbenaran yang terjadi pada masa itu. Wajar saja jika semua orang waktu itu mencari kesejatian dari kebenaran. Dengan kata lain rasanya karya sastra pada periode lampau itu memiliki alasan yang kuat dalam menulis karyanya untuk dijadikan pesan bagi para pembacanya.
Untuk saat ini, apakah anda sering membaca karya sastra yang dapat menghibur anda? Atau mungkin anda mencari buku-buku sastra hanya untuk menghibur anda tanpa mempedulikan pesan yang ingin disampaikan? Saya sendiri terkadang jenuh melihat tulisan-tulisan yang mengatasnamakan karya sastra namun menjadi tidak berarti bagi saya karena isinya yang memuakan (dalam tanda petik). Maksud saya, tak lain dan tak bukan bahwasanya saat ini karya sastra mulai kehilangan ruh.
Rasanya keberanian sastrawan mulai luntur, atau sebenarnya mereka sudah mulai takut mengeluarkan karyanya yang kontroversi? Di pasaran bebas saat ini memang banyak sekali buku-buku sastra yang menyajikan kontroversi dalam tulisannya. Tapi saya sendiri menganggap kontroversi tersebut menjadi tidak layak karena bobot pesan yang disampaikan sebenarnya lumrah. Penulis-penulis mencoba memasyarakatkan karya sastra dengan menjual konsep menghibur dalam tulisannya, lalu ternyata hal tersebut justru memelintir pemikiran orang dalam ber-argument. Sastra menjadi suatu hal yang biasa, alih-alih sastra tidak harus keras, sastra tidak harus rumit, penulis-penulis menelurkan karya dengan pesan yang lumrah atau seperti perkataan saya, tidak memiliki ruh.
Lalu apakah karya sastra harus berbentuk rumit, keras, dan ortodoks? Saya berpikir permasalahan tersebut hanya ada pada sekitar permasalahan konsep pengaruh dan mempengaruhi saja. Sisi kemanusiaan yang menjadi salah satu ide dalam penulisan karya sastra saat ini memang memiliki perbedaan yang jauh dengan masa lampau. Percaya atau tidak, semangat orang masa lampau melebihi batas normal, bahkan rela mati demi menjunjung harkat dan martabat umum sementara saat ini orang hanya egois dengan pemikirannya sendiri tanpa memperlihatkan usaha mempertahankan harkat dan martabat umum. Jadi wajar jika karya sastra masa lampau memiliki ruh karena para sastrawan memiliki sisi kemanusiaan yang terdesak oleh keadaan zaman. Sedangkan yang terjadi sekarang, sastrawan, penyair, seniman, dan budayawan seakan memuntahkan semua permasalahan umum yang lumrah hanya saja dengan konsep yang dipaksakan menarik. Bagi saya bentuk karya yang semacam itu tidak dapat dikatakan karya yang mempengaruhi pembacanya. Lalu untuk apa dibuat?
Terlepas dari semua itu masyarakat memiliki andil dalam keterpurukan sastra. Banyak masyarakat sudah memiliki paradigma bahwa sastra itu adalah sekedar curahan hati tentang kejadian-kejadian yang biasa. Lambat laun akhirnya sastra murni sudah kehilangan pangsa dan pecintanya, sementara sastra pop justru mendulang untung besar-besaran atas nama sastra. Saya sengaja menyebutkan sastra pop sebagai ulah kemunduran sastra, sebetulnya bukan genrenya yang salah namun konsep dari genre pop itu yang disalahartikan. Sastra tidak lagi memasyarakat seperti paradigma lama, keglobalan menuntut adanya hal baru tapi apakah sekonyong-konyong merusak hal yang sebenranya?
Jika memang sudah seperti ini siapa atau apa yang salah? Kemunduran sastrakah? Atau ketidakpedulian kita sabagai penikmat sastra?
Pada periode lampau, atau dimana sastra masih menjadi kegandrungan bagi semua orang, rasanya karya sastra memiliki ruh yang dapat menjadi pengobar semangat. Pernah anda dengar puisi-puisi karya Chairil Anwar? Banyak karyanya yang memberikan ruh tersendiri bagi pembacanya. Contoh lain, keberanian Alm. Willibrordus Surendra Broto Rendra atau yang biasa kita kenal dengan sebutan W.S. Rendra. W.S. Rendra memiliki banyak karya yang mencoba menyindir pemerintahan pada saat itu (sampai akhirnya puisi-puisinya disebut puisi phamplet) dengan gaya bahasa lugas dan apa adanya. Keberanian Rendra melalui karyanya tersebut, memberikan makna semangat yang teramat besar bagi pembacanya.
Saya pikir tidak ada salahnya hal tersebut terjadi. Kecarut-marutan negara pada masa itu membangkitkan para sastrawan untuk bertindak (mencari kebenaran). Mungkin itu merupakan salah satu alasan yang menjadikan karya-karya mereka terasa memiliki ruh yang kuat. Bayangkan, keprihatinan penjajahan baik intern maupun ekstern terasa benar. Banyak ketidakbenaran yang terjadi pada masa itu. Wajar saja jika semua orang waktu itu mencari kesejatian dari kebenaran. Dengan kata lain rasanya karya sastra pada periode lampau itu memiliki alasan yang kuat dalam menulis karyanya untuk dijadikan pesan bagi para pembacanya.
Untuk saat ini, apakah anda sering membaca karya sastra yang dapat menghibur anda? Atau mungkin anda mencari buku-buku sastra hanya untuk menghibur anda tanpa mempedulikan pesan yang ingin disampaikan? Saya sendiri terkadang jenuh melihat tulisan-tulisan yang mengatasnamakan karya sastra namun menjadi tidak berarti bagi saya karena isinya yang memuakan (dalam tanda petik). Maksud saya, tak lain dan tak bukan bahwasanya saat ini karya sastra mulai kehilangan ruh.
Rasanya keberanian sastrawan mulai luntur, atau sebenarnya mereka sudah mulai takut mengeluarkan karyanya yang kontroversi? Di pasaran bebas saat ini memang banyak sekali buku-buku sastra yang menyajikan kontroversi dalam tulisannya. Tapi saya sendiri menganggap kontroversi tersebut menjadi tidak layak karena bobot pesan yang disampaikan sebenarnya lumrah. Penulis-penulis mencoba memasyarakatkan karya sastra dengan menjual konsep menghibur dalam tulisannya, lalu ternyata hal tersebut justru memelintir pemikiran orang dalam ber-argument. Sastra menjadi suatu hal yang biasa, alih-alih sastra tidak harus keras, sastra tidak harus rumit, penulis-penulis menelurkan karya dengan pesan yang lumrah atau seperti perkataan saya, tidak memiliki ruh.
Lalu apakah karya sastra harus berbentuk rumit, keras, dan ortodoks? Saya berpikir permasalahan tersebut hanya ada pada sekitar permasalahan konsep pengaruh dan mempengaruhi saja. Sisi kemanusiaan yang menjadi salah satu ide dalam penulisan karya sastra saat ini memang memiliki perbedaan yang jauh dengan masa lampau. Percaya atau tidak, semangat orang masa lampau melebihi batas normal, bahkan rela mati demi menjunjung harkat dan martabat umum sementara saat ini orang hanya egois dengan pemikirannya sendiri tanpa memperlihatkan usaha mempertahankan harkat dan martabat umum. Jadi wajar jika karya sastra masa lampau memiliki ruh karena para sastrawan memiliki sisi kemanusiaan yang terdesak oleh keadaan zaman. Sedangkan yang terjadi sekarang, sastrawan, penyair, seniman, dan budayawan seakan memuntahkan semua permasalahan umum yang lumrah hanya saja dengan konsep yang dipaksakan menarik. Bagi saya bentuk karya yang semacam itu tidak dapat dikatakan karya yang mempengaruhi pembacanya. Lalu untuk apa dibuat?
Terlepas dari semua itu masyarakat memiliki andil dalam keterpurukan sastra. Banyak masyarakat sudah memiliki paradigma bahwa sastra itu adalah sekedar curahan hati tentang kejadian-kejadian yang biasa. Lambat laun akhirnya sastra murni sudah kehilangan pangsa dan pecintanya, sementara sastra pop justru mendulang untung besar-besaran atas nama sastra. Saya sengaja menyebutkan sastra pop sebagai ulah kemunduran sastra, sebetulnya bukan genrenya yang salah namun konsep dari genre pop itu yang disalahartikan. Sastra tidak lagi memasyarakat seperti paradigma lama, keglobalan menuntut adanya hal baru tapi apakah sekonyong-konyong merusak hal yang sebenranya?
Jika memang sudah seperti ini siapa atau apa yang salah? Kemunduran sastrakah? Atau ketidakpedulian kita sabagai penikmat sastra?
Label:
Blog and Jurnalism
|
0
komentar
Pendidikan karakter melalui film “Sang Pemimpin”
Naskah asli KUDETA Karya JONED SURYATMOKO
LINDA, Monica,
HELEN, Stella Marry,
BUNGA, Monica Tantio H.,
RATNA, Chintya Ladynova,
NUNGKI, Paramita Devi,
MEYMEY, Lusia Novita
KANDI, Febriana
BRIAN, Jordan Sumardi,
PAK ISWADI, Dickson
KEPALA SEKOLAH, Recky Renaldy
IBU, Stella Marry
Sutradara Bayu Murdiyanto, S.S.
Pengambil gambar Albert
LINDA, Monica,
HELEN, Stella Marry,
BUNGA, Monica Tantio H.,
RATNA, Chintya Ladynova,
NUNGKI, Paramita Devi,
MEYMEY, Lusia Novita
KANDI, Febriana
BRIAN, Jordan Sumardi,
PAK ISWADI, Dickson
KEPALA SEKOLAH, Recky Renaldy
IBU, Stella Marry
Sutradara Bayu Murdiyanto, S.S.
Pengambil gambar Albert
Lihat Di Sini!
http://www.youtube.com/watch?v=GEv93kgw0is
Label:
School and Work
|
0
komentar
Friday, January 3, 2014
Cara Membuat Belajar Matematika Semakin Menyenangkan
Jakarta -
Bagi beberapa anak, belajar matematika bisa dibilang rumit dan
membosankan. Pelajaran yang diterima anak di sekolah pun hanya berkutat
di papan tulis dan buku saja. Padahal orang tua pun menyadari bahwa
belajar matematika sangat penting untuk membantu anak belajar berpikir
secara sistematis dan terstruktur.
Dikutip dari scholastic pada Jumat (3/1/2014), beberapa cara ini dipercaya dapat membuat belajar matematika menjadi menyenangkan.
A. Dadu Berwarna
Dadu tidak hanya bisa digunakan dalam permainan monopoli atau ular tangga saja. Dadu juga bisa digunakan untuk belajar matematika!
Caranya mudah, pertama Anda harus mempunyai dua buah dadu atau lebih. Setelah itu Anda hanya perlu melempar dadu tersebut, lalu menghitung berapa jumlah mata dadu yang muncul. Jika anak Anda sudah sekolah, Anda dapat menggunakan dadu untuk belajar perkalian.
B. Perang Kartu
Perang kartu yang dimaksudkan disini bukan permainan 'gambaran' atau kertu domino. Anda hanya membutuhkan satu set kartu remi untuk melakukan hal ini.
Bagi satu set kartu tersebut secara merata. Jika hanya bermain dengan anak Anda, Anda akan mempunyai masing-masing sebanyak 26 kartu. Letakkan tumpukan kartu di depan lalu pilih 4 kartu secara acak. Setelah itu, Anda tinggal menjumlahkan kartu yang ada, yang jumlahnya paling besar keluar sebagai pemenang. Permainan ini tidak terbatas pada penjumlahan saja, namun juga bisa digunakan untuk belajar pengurangan, perkalian atau pembagian.
C. Matematika Ular Tangga
Ular Tangga adalah permainan yang lazim dilakukan oleh anak-anak. Anda dapat sedikit memodifikasinya agar bisa digunakan sebagai sarana belajar matematika seperti yang dicontohkan pada gambar.
Pada gambar dijelaskan bahwa ada kotak-kotak dengan ketentuan khusus. Perintah seperti maju ke perkalian angka 5 atau mundur ke angka 4 bisa membantu anak belajar mengingat angka sekaligus pertambahan atau pengurangan.
D. Segitiga Fakta
Metode ini bukan dimaksudkan untuk belajar tentang segitiga. Metode ini dianjurkan untuk anak yang ingin belajar perkalian dan pembagian. Caranya mudah. Anda tinggal menempatkan angka dan tanda kali dan bagi seperti yang ditujukan pada gambar.
Metode ini akan mempermudah anak karena jika dibawa dan sering dihapal, dapat membantu anak menguasai perkalian dan pembagian lebih cepat. Anda dapat membuat sendiri segitiga ini bersama anak Anda.
E. Kartu Saya Tahu
Ini adalah cara ampuh untuk membantu anak Anda yang sering lupa dalam perkalian. Kartu ini dapat dibuat dengan mudah dan juga dapat dibuat dalam ukuran apapun. Anda dapat membuatnya dalam ukuran kecil untuk dibawa anak atau besar untuk ditempel di kamar.
Kartu ini berisi tentang hal-hal yang sudah dipahami oleh anak Anda, namun sering terlupa. Seperti dicontohkan pada gambar, mungkin anak sering lupa berapa hasil 6 dikali 7.
SUMBER: M Reza Sulaiman - detikHealth http://health.detik.com/read/2014/01/03/164243/2457847/764/begini-caranya-agar-belajar-matematika-jadi-menyenangkan-bagi-anak?880006fa
Data yang dirilis oleh Program for International Student
Assessment (PISA) di bawah Organization Economic Cooperation and
Development (OECD) pada Desember 2013 lalu mengatakan kemampuan
matematika pelajar Indonesia berada di peringkat 64 dari 65 negara yang
di survei. Hal ini tentunya bisa dihindari jika belajar matematika
menjadi asyik dan menyenangkan.
Dikutip dari scholastic pada Jumat (3/1/2014), beberapa cara ini dipercaya dapat membuat belajar matematika menjadi menyenangkan.
A. Dadu Berwarna
Dadu tidak hanya bisa digunakan dalam permainan monopoli atau ular tangga saja. Dadu juga bisa digunakan untuk belajar matematika!
Caranya mudah, pertama Anda harus mempunyai dua buah dadu atau lebih. Setelah itu Anda hanya perlu melempar dadu tersebut, lalu menghitung berapa jumlah mata dadu yang muncul. Jika anak Anda sudah sekolah, Anda dapat menggunakan dadu untuk belajar perkalian.
B. Perang Kartu
Perang kartu yang dimaksudkan disini bukan permainan 'gambaran' atau kertu domino. Anda hanya membutuhkan satu set kartu remi untuk melakukan hal ini.
Bagi satu set kartu tersebut secara merata. Jika hanya bermain dengan anak Anda, Anda akan mempunyai masing-masing sebanyak 26 kartu. Letakkan tumpukan kartu di depan lalu pilih 4 kartu secara acak. Setelah itu, Anda tinggal menjumlahkan kartu yang ada, yang jumlahnya paling besar keluar sebagai pemenang. Permainan ini tidak terbatas pada penjumlahan saja, namun juga bisa digunakan untuk belajar pengurangan, perkalian atau pembagian.
C. Matematika Ular Tangga
Ular Tangga adalah permainan yang lazim dilakukan oleh anak-anak. Anda dapat sedikit memodifikasinya agar bisa digunakan sebagai sarana belajar matematika seperti yang dicontohkan pada gambar.
Pada gambar dijelaskan bahwa ada kotak-kotak dengan ketentuan khusus. Perintah seperti maju ke perkalian angka 5 atau mundur ke angka 4 bisa membantu anak belajar mengingat angka sekaligus pertambahan atau pengurangan.
D. Segitiga Fakta
Metode ini bukan dimaksudkan untuk belajar tentang segitiga. Metode ini dianjurkan untuk anak yang ingin belajar perkalian dan pembagian. Caranya mudah. Anda tinggal menempatkan angka dan tanda kali dan bagi seperti yang ditujukan pada gambar.
Metode ini akan mempermudah anak karena jika dibawa dan sering dihapal, dapat membantu anak menguasai perkalian dan pembagian lebih cepat. Anda dapat membuat sendiri segitiga ini bersama anak Anda.
E. Kartu Saya Tahu
Ini adalah cara ampuh untuk membantu anak Anda yang sering lupa dalam perkalian. Kartu ini dapat dibuat dengan mudah dan juga dapat dibuat dalam ukuran apapun. Anda dapat membuatnya dalam ukuran kecil untuk dibawa anak atau besar untuk ditempel di kamar.
Kartu ini berisi tentang hal-hal yang sudah dipahami oleh anak Anda, namun sering terlupa. Seperti dicontohkan pada gambar, mungkin anak sering lupa berapa hasil 6 dikali 7.
SUMBER: M Reza Sulaiman - detikHealth http://health.detik.com/read/2014/01/03/164243/2457847/764/begini-caranya-agar-belajar-matematika-jadi-menyenangkan-bagi-anak?880006fa
Label:
Blog and Jurnalism
|
0
komentar
Subscribe to:
Posts (Atom)