Coba simak yang ini deh!

Liat Tayangan

Follow ya...

Baby

Tepung Gasol, Amankah?

Hmm....sekarang lagi booming tepung Gasol......banyak moms yang "latah" ingin pakai tepung gasol dan banyak yang belum mengetahui apa itu tepung gasol.

Memang benar tepung gasol digunakan sebagai bahan mpasi. Tetapi tetep lebih baik pakai bahan makanan utuh segar alami daripada tepung gasol. Memang tepung gasol tepung organik beda kayak bubur bayi instan yang tinggal seduh. Gasol harus dimasak dulu. TAPIIIIIIIIII..........konsumsi rutin bahan makanan dari tepung hanya akan menaikkan kadar gula dalam darah. Hal ini akan memaksa pankreas bayi kerja keras menghasilkan insulin untuk menurunkan kadar gula dalam darah. Kondisi ini yang nantinya akan memicu diabetes dini.

Selain itu, dengan bahan makanan tepung anak TIDAK akan belajar kenal bentuk, rasa, aroma dan tekstur bahan makanan utuh segar alami. Gasol ubi ungu BEDA JAUH BANGET dengan ubi ungu utuh. Biarkan anak kenal bentuk pisang, belajar cara memegang pisang, membuka pisang dan makan pisang itu gimana. Dengan tepung, anak hanya belajar encer dan kentalnya bubur. Sudah rasa dan aromanya berbeda, tidak bisa belajar tekstur, tepung akan SELALU menghasilkan tekstur makanan yang sangat lembut, sedangkan anak HARUS belajar kenal makanan halus, agak kasar dan kasar untuk melatih mengunyah dan merangsang pertumbuhan gigi. Coba deh intip album foto grup yang bubur lembut 7-8m. HHBF juga pernah pakai gasol...tapi JARAAAAAANG banget, karena lebih enak pakai bahan utuh segar. Tiap foto ada keterangan bahan dan cara bikinnya kok, GAMPANG :). Bikin bubur beras juga lebih baik dari beras utuh DARIPADA tepung beras karena semakin kecil partikel bahan makanan, akan meningkatkan nilai glikemiks indeks sebagai indikator diabetes dini. Bikin bubur kacang ijo lebih enak pakai kacang ijo utuh, bubur jagung ya pakai jagung manis dipipil.

HHBF di sini hanya ingin sharing dan bukan berarti ANTI gasol....silakan, keputusan ada di tangan moms semua kok, boleh bukan berarti jadi konsumsi rutin ya :)

referensi :
milis Gizi Bayi Balita @yahoogrups, asuhan Wied Harry Apriadji

 

Alergi, Agar Tak Datang Lagi

Ternyata, penyebab alergi tidak hanya berhubungan dengan “apa”, namun juga “siapa”. Kenali, dan atasi sekarang juga!

*Dyah Pratitasari,
dalam Laporan Khusus Majalah NIRMALA edisi Februari 2011

          Bagi pengidap alergi pada umumnya, “satu-satunya” jalan agar alerginya tidak muncul adalah menghindari si faktor pencetus. Kalau pun reaksi alerginya sudah kadung nongol, solusinya ya… minum obat!
          Meskipun dinilai cukup ampuh mengatasi gejala, cara semacam ini juga mengundang dilema. Alasannya, alergi sesungguhnya bukan penyakit, melainkan gejala yang menandakan ada ketidakberesan dalam tubuh kita. Jadi, perannya mirip alarm penanda bahaya.
          Minum obat setiap kali muncul alergi mulai dipertanyakan efektivitasnya, karena sama dengan mematikan alarm begitu saja. Selain itu, obat yang dikonsumsi terlalu sering - apalagi dalam jangka waktu panjang – pun memiliki efek samping. Sementara, mengapa alarm tadi “meraung-raung” belum tentu terlacak tuntas dan diatasi dengan cukup bijaksana.
          Beberapa kalangan menilai, kondisi semacam ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Jan de Vries, dalam bukunya yang berjudul “Viruses, Allergies, and the Immune System” mengatakan, alergi yang tak ditangani dengan baik berpotensi memicu gangguan yang lebih serius di kemudian hari, termasuk penyakit degeneratif seperti diabetes, jantung, kanker, stroke, dan masih banyak lagi. Alergi juga dapat mengubah perilaku, sehingga kehidupan penderita dan keluarganya ikut terganggu.
          Yang memprihatinkan, angka kejadian alergi di seluruh dunia dilaporkan terus meningkat setiap tahun. Menurut data World Allergy Organization (WAO) pada tahun 2005, jumlah penduduk dunia yang mengidap alergi diperkirakan mencapai 22 persen. Dari jumlah tersebut, alergi yang diderita oleh penduduk negara maju jumlahnya sekitar 40 persen.

Kadang tidak terdeteksi
Di Indonesia angka kejadian alergi belum diketahui secara pasti, namun beberapa ahli memperkirakan sekitar 25 hingga 50 persen anak pernah mengalami alergi makanan. Berbeda dengan negara maju, alergi yang dilaporkan di negara berkembang memang masih terhitung rendah. Konon, ini disebabkan banyak orang tidak mengetahui bahwa keluhannya tadi merupakan gejala alergi. “Kesalahan diagnosis” juga masih sering terjadi, sehingga gejala alergi justru ditangani sebagai penyakit lain.

Tengok saja pengalaman Hadi Suwirya (32 tahun), karyawan swasta di Jakarta. Keluhannya berupa nyeri lambung, sering mual, sebah, dan kembung didiagnosa sebagai maag. Praktis, selama dua tahun terakhir ini ia menjadi pengonsumsi setia obat-obatan antasida.
Sayangnya, meskipun rajin minum obat, gejalanya tetap saja muncul.

Hingga suatu hari, ia diperkenalkan pada seorang dokter yang mendalami alergi. Tak mau membuang kesempatan, Hadi menceritakan masalahnya itu. “Setelah merunut cerita saya dengan seksama, ia mencurigai saya alergi gluten yang terkandung dalam tepung-tepungan, dan menyarankan untuk tes alergi. Ternyata, hasilnya positif! Wah… saya baru sadar kalau penyebabnya adalah makanan andalan saya sehari-hari, yaitu roti. Sejak menghindari roti dan produk tepung-tepungan, terbukti perut saya jarang bermasalah lagi,” jelasnya.

Hal yang serupa juga pernah dialami Mila (34 tahun), ibu rumah tangga yang berdomisili di Tangerang. Keysha (2 tahun), anaknya, hampir selalu rewel setiap kali usai makan ikan. “Mulanya, saya pikir rewelnya itu disebabkan hal lain. Hingga ketika konsultasi ke dokter dan menjalani tes metode eliminasi makanan, ketahuanlah bahwa kemungkinan besar ia alergi terhadap protein yang terdapat pada ikan-ikanan,” tutur Mila.

Siapapun bisa alergi
Menurut Prof DR Dr Heru Sundaru, SpPD, KAI, dari divisi Alergi Imunologi Klinis Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, gejala alergi memang akan muncul kalau penderita yang sensitif terpapar alergen (bahan pemicu reaksi alergi). Sensitivitas tersebut dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu keturunan dan lingkungan.

Anak yang lahir dalam keluarga yang memiliki riwayat alergi, peluangnya dalam mengidap alergi akan semakin tinggi. Beberapa referensi mencatat, jika salah satu orangtua alergi, risikonya sebesar 17 hingga 40 persen. Sementara jika keduanya menderita alergi, risiko alergi pada si anak akan meningkat, sekitar 53 hingga 70 persen.

Sementara alergi yang disebabkan oleh faktor lingkungan bisa dialami oleh semua orang, termasuk yang tidak “berbakat” sekalipun. Pemicunya bisa bermacam-macam. Berdasarkan sifatnya, alergen tersebut dapat berupa kontaktan (logam, zat kimia); hirupan (tungau, debu, serbuk bunga, bulu binatang, jamur, lumut, pewangi sintetis); makanan (susu, telur, cokelat, tepung, obat); dan suntikan (obat yang disuntik, sengatan serangga).

Bergantung target sasaran
Jika alergi tidak langsung dapat terdeteksi seperti yang terjadi pada pengalaman Hadi, itu bisa dimaklumi. Alergi memang dapat muncul dalam berbagai bentuk, bergantung pada target sasarannya masing-masing. Gejalanya pun sering rancu dengan penyakit lain. Ini disebabkan, alergi cenderung menyerang organ yang “lemah” dan bersifat sangat individual sehingga bentuk reaksi yang timbul pada setiap orang bisa berbeda-beda.

Jika alergi menyerang sistem pernapasan, misalnya, reaksinya dapat timbul dalam bentuk batuk, pilek, sesak napas, atau mimisan. Sedangkan jika menyerang sistem pencernaan, penderitanya mungkin menderita sembelit, diare, nyeri lambung, atau sering kembung.
Begitu pun jika kulit yang menjadi organ sasaran, penderitanya mungkin gampang terkena eksim, jerawat, atau produksi keringatnya berlebihan.

Yang belum banyak diketahui, alergi juga dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Ini terjadi bila otak yang menjadi target sasaran (brain allergy). Gejalanya berupa gelisah, sulit mengendalikan emosi, gangguan konsentrasi, atau gerakan motorik yang berlebihan.

Mengontrol alergi
Apa pun bentuk alergi yang diderita, baik yang ringan (seperti gatal-gatal) hingga gangguan emosi, harus ditangani dengan baik.

Menurut Prof Heru, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menghindari pencetusnya. Pada orang yang alergi terhadap gluten, misalnya, sebaiknya memang menghindari segala macam makanan yang mengandung gluten, seperti tepung terigu, gandum, dan produk turunannya seperti roti, cake, dan biskuit.

Yang kedua, kontrol lingkungan. Jika menderita asma atau alergi terhadap alergen hirupan, misalnya, yang perlu dilakukan antara lain menghindari tungau debu rumah yang banyak ditemukan di kamar tidur, kasur, dan selimut. Makanya, kebersihan menjadi prioritas utama. Kasur mungkin perlu dilapisi kain khusus yang tidak tembus tungau (mattress protector). Seprai dan selimut dicuci dengan air panas setidaknya seminggu sekali. Karpet, AC, dan barang-barang yang menjadi sarang debu harus sering dibersihkan.

Jika terpapar alergen dan gejala terlanjur muncul, biasanya dokter akan memberikan obat-obatan untuk meringankan gejala. Umumnya, obat tersebut berupa antihistamin, dekongestan (pelega hidung), bronkodilator (pelega saluran pernapasan), atau obat-obatan antiradang berupa kortikosteroid. Bentuknya bisa berupa obat minum (kapsul, tablet, pil, cairan), semprot, tetes, hirupan, juga salep.

Sementara itu, sebagian orang lebih memilih suplemen saat alerginya kambuh. Contohnya Regi (29 tahun), wiraswasta di Solo. Jika di kulitnya sudah mulai muncul eksim, ia cepat-cepat minum suplemen minyak ikan dan rajin minum vitamin C. “Lumayan, sembuhnya jadi lebih cepat,” katanya.

Sejumlah referensi mencatat bahwa vitamin dalam batas tertentu dapat membantu memperlambat atau mengatasi gejala alergi. Vitamin A, C, dan E, terbukti membantu mencegah dan mengatasi peradangan seperti yang dilakukan oleh obat-obatan antiradang. Begitu juga dengan omega-3 yang terkandung dalam minyak ikan.

Masih bisa kambuh
Jika sebagian orang hanya alergi terhadap satu atau beberapa jenis bahan makanan, menghindari faktor pencetus dan mengontrol lingkungan mungkin cukup mudah dilakukan.
Namun tidak demikian dengan Aristides Ariawan (11 tahun), siswa Sekolah Dasar di Bekasi. Karena sering batuk, pilek, demam, sesak napas, serta mengorok saat tidur, setiap kali usai makan cokelat, telur, tepung-tepungan, minum susu, atau di kala udara sedang dingin, keluarganya curiga Aris menderita alergi.

Ternyata benar. Saat dibawa ke dokter, hasil tes alergi menunjukkan Aris alergi terhadap 33 jenis bahan makanan dan 11 jenis udara. “Selain menghindari semua bahan yang memicu alergi, dokter juga menyarankan agar susunya diganti dengan susu kedelai, dan makan ikan-ikanan. Aris juga minum beberapa jenis obat anti-alergi dan menjalani terapi bioresonansi,” tutur Aesthetica Adityaputri, Sang Kakak.

Sejak itu, kondisi Aris lumayan membaik, bisa tidur nyenyak, dan tidak mengorok lagi. Meskipun demikian, setiap kali banyak PR, sedang ulangan, terkena hujan atau dingin, atau makan sembarangan, sewaktu-waktu alerginya bisa kambuh kembali.

Alarm tanda bahaya
Hilangnya gejala alergi belum menandakan penderitanya telah sembuh. Sebab, beberapa kalangan berpendapat, reaksi alergi sesungguhnya bukan penyakit, melainkan gejala yang memberi tahu bahwa ada sesuatu yang tidak beres di dalam tubuh kita.

          Pada dasarnya, setiap benda yang masuk ke dalam tubuh, baik itu berupa makanan, minuman, debu, obat, hingga bahan kimia akan dianggap sebagai benda asing oleh tubuh. Untuk mencegah terjadinya sesuatu yang merugikan, sistem kekebalan pun bereaksi, bertindak sebagai tentara keamanan yang akan mengidentifikasi setiap benda asing yang masuk.

Jika yang masuk adalah benda yang dianggap aman, sistem kekebalan akan “mempersilakan” tanpa ribut-ribut. Namun jika yang masuk dianggap berpotensi membahayakan tubuh, sistem kekebalan tadi akan bereaksi untuk menghancurkannya.

Caranya, sel mast bersama immunoglobulin-E (Ig-E) akan melepaskan histamin, senjata untuk melumpuhkan musuh. Histamin dengan cepat menyebar ke dalam darah sebagai pertanda bagi sistem kekebalan tubuh untuk melakukan serangan. Dengan munculnya histamin, hormon eikosanoid yang pro-peradangan pun diproduksi. Hormon ini bertugas memerintahkan sel-sel tentara radang (berupa netrofil dan makrofag) bergerak menyusuri dinding pembuluh darah menuju tempat target sasaran.

Agar sel-sel tentara tadi dapat mencapai target secepat mungkin, pembuluh darah akan melebar, bahkan membengkak. Jika pembuluh darah menyentuh ujung-ujung saraf, tubuh akan terasa sakit. Inilah yang menjelaskan, mengapa pada sebagian besar kasus alergi, gejalanya  muncul sebagai radang, tampak bengkak, dan terasa nyeri. Bentuknya bisa berupa asma, radang tenggorokan, sakit telinga, batuk-pilek, sinusitis, sesak napas, dan masih banyak lagi. Pelebaran pembuluh darah juga dapat membuat tekanan darah menurun secara drastis, dan menyebabkan penderitanya pingsan (syok anafilaksis).

Mengapa tubuh gampang error
Alergi terjadi bila para tentara keamanan di dalam tubuh kita “salah perhitungan” atau bereaksi secara berlebihan.

Pada sebagian kasus, alergi cenderung terjadi bila tubuh sedang kurang fit. Bayangkan saja bagaimana saat sebuah negara sedang berada dalam situasi kurang aman.  Biasanya, para tentara keamanan menjadi “lebih galak” terhadap tamu-tamu yang datang, karena merasa harus meningkatkan kewaspadaan. Akibatnya, bisa jadi, yang belum tentu bersalah pun dicurigai habis-habisan. Alarm tanda bahaya mungkin lebih sering dibunyikan, meskipun tidak jelas penyebabnya.

Sebelum alergi terjadi
Menurut Dr Tan Shot Yen, MHum, dokter dan konsultan kesehatan di Jakarta, jauh sebelum gejala alergi terjadi, sesungguhnya tubuh bisa mengalami reaksi “alergi” - berupa peradangan tersamar (silent inflammation) – yang belum tentu terdeteksi secara kasat mata.
Umumnya, hal ini disebabkan pola makan terlalu banyak mengonsumsi karbohidrat. Semua jenis karbohidrat akan dipecah menjadi gula. Jika yang biasa kita konsumsi merupakan karbohidrat sederhana, tubuh akan sering mengalami lonjakan gula yang berakibat meroketnya produksi insulin.

Insulin sebenarnya bertujuan baik, yaitu menjaga agar kadar gula tetap berada pada level yang aman. Kelebihan gula akan “ditekan”, dan disimpan dalam otot dan hati. Namun karena daya tampung mereka sangat terbatas, gula diubah menjadi tumpukan lemak.
Sel-sel lemak cenderung menarik asam arakidonat sebagai bahan baku hormon eikosanoid yang pro-peradangan. Kejadian ini menyebabkan peradangan lokal bagi sel lemak, sehingga terbentuk cytokines, sejenis protein radang. Cytokines inilah yang menembus aliran darah, beredar ke seluruh tubuh, dan membuat peradangan meluas dan “menggila”.

Hormon eikosanoid pro-peradangan juga meningkatkan kekentalan darah, menyempitkan pembuluh darah, merangsang tumbuhnya sel-sel abnormal, serta menurunkan daya tahan tubuh. Inilah yang menjelaskan bagaimana “alergi” yang tidak disadari bisa bertindak seperti bom waktu, yang memicu timbulnya penyakit degeneratif atau autoimun di kemudian hari.

Asam basa tubuh juga berpengaruh
          Andang Gunawan, ND, ahli terapi nutrisi di Jakarta,  berpendapat bahwa alergi juga dipicu oleh kombinasi makanan yang kurang serasi.

“Agar organ-organ dan sistem metabolisme di dalam tubuh kita bekerja secara optimal, tubuh perlu berada dalam kondisi basa sedikit asam (pH 7,3 – 7,4). Terlalu banyak mengonsumsi makanan yang bersifat asam seperti karbohidrat tepung (antara lain terigu, beras, gandum, jagung, ubi, talas) dan protein hewani (seperti daging merah, ikan, ayam) akan membuat tubuh cenderung asam,” tuturnya.

Perlu diketahui, tubuh kita memiliki enzim pencernaan yang memerlukan lingkungan cerna bersifat asam, namun ada juga yang memerlukan lingkungan yang bersifat basa. Apabila kita mengonsumsi karbohidrat tepung dan protein hewani secara bersamaan, proses pencernaan akan terhambat. Sisa metabolisme yang terlalu lama tinggal dalam organ pencernaan akan membusuk dan menimbulkan toksin.

Pencernaan yang toksik mendorong usus halus menyerap lebih banyak dari yang seharusnya (leaky gut), termasuk karbohidrat tepung dan protein hewani yang belum dicerna secara sempurna. Akibatnya, tubuh mengenali zat yang diserap usus halus tersebut sebagai benda asing (bukan zat yang semestinya diterima), berusaha mempertahankan diri dengan “mengaktifkan” kekebalan, yang dapat berkembang menjadi peradangan atau alergi.

          “Selain itu,” Andang menambahkan, “pola makan kita saat ini cenderung menyukai makanan cepat saji, serba instan, dan terlalu banyak diproses. Makanan semacam itu mengandung bahan kimia yang tidak diperlukan tubuh, dan cenderung akan diperlakukan sebagai racun”.

          Efeknya, sel-sel kekebalan akan menganggapnya sebagai musuh yang harus dibasmi. Bila makanan tadi dikonsumsi secara berlebihan, sistem kekebalan akan bekerja super keras untuk berusaha mengimbangi, agar tubuh tetap dalam “situasi” aman. Nah, apabila – saking parahnya keadaan – sel-sel di dalam tubuh kita juga disusupi racun, sel-sel kekebalan ini “terpaksa” menyerang sel tersebut. Inilah yang secara tidak langsung membuat sistem kekebalan tubuh kita menurun.


 Kekebalan ditentukan oleh pencernaan
Berbicara soal alergi, tampaknya memang tidak bisa dilepaskan dari masalah daya tahan tubuh. Oleh sebab itu, para ahli sepakat, bahwa dalam menangani alergi, menghindari pencetus dan minum obat-obatan untuk mengatasi gejala saja belum cukup. Supaya tidak gampang error, sistem kekebalan juga perlu diperbaiki.

          Hiromi Shinya, MD, Guru Besar Kedokteran Albert Einstein College of Medicine, Amerika, mengatakan, kekebalan tubuh kita sangat ditentukan oleh kualitas sistem pencernaan. Artinya, jika organ pencernaan sehat, kekebalan tubuh akan meningkat. Maka, langkah pertamanya bisa dimulai dari menyehatkan pencernaan.

           Hindari cetusan hormon ekosanoid buruk sebagai hormon pro-peradangan dan ciptakan keseimbangan asam basa dengan mengatur sumber karbohidrat. “Karbohidrat yang terbiasa dikonsumsi sebagai hasil perkembangan budaya seperti terigu, beras, dan gula, sebenarnya sudah tidak berlaku lagi. Sebisa mungkin, penuhi kebutuhan karbohidrat dari semua sayur lalap dan buah segar, yang dipadukan bersama protein yang diolah dengan baik. Pilih lemak yang berkualitas, misalnya seperti yang terdapat dalam alpukat, minyak zaitun, dan omega-3,” saran Dr Tan.

Menurut Andang, jika masih mengonsumsi karbohidrat tepung, usahakan untuk menyantapnya bersama sayuran segar atau protein nabati. Untuk menghindari penumpukan toksin di sepanjang saluran pencernaan, buah dan produk susu sebaiknya dikonsumsi secara terpisah, tidak bersamaan dengan pada waktu makan.

Beberapa referensi mencatat, keseimbangan mikroorganisme di dalam saluran pencernaan akan membantu meningkatkan kekebalan tubuh. Sebuah penelitian membuktikan, ibu hamil yang mengonsumsi probiotik cenderung melahirkan bayi yang terlindungi dari masalah eksim (Current Opinion in Allergy and Clinical Immunology, Februari 2003). Jadi, konsumsi probiotik bisa dilakukan.

 
Kenali: siapa yang membuat Anda “alergi”?
Louise Hay, dalam bukunya Heal Your Body: The Mental Causes for Physical Illness and The Metaphysical Way to Overcome Them, menyatakan, kasus alergi kasus alergi berkaitan dengan perasaan “menolak” keadaan, atau menyangkal kekuatan diri. Jadi, alergi tidak hanya berhubungan dengan “apa”, namun juga “siapa” penyebabnya.

Beberapa referensi mencatat, kondisi stres memang dapat menurunkan daya tahan tubuh, yang membuat alergi lebih mudah terjadi. Sebagian kalangan menilai, penjelasan itu masuk akal karena sesungguhnya tubuh terdiri dari body, mind, dan spirit, yang saling berkaitan.

Menurut Reza Gunawan, praktisi penyembuhan holistik di Jakarta, keselarasan dan kesehatan manusia ikut dipengaruhi oleh aliran energi (chi). Sayangnya, energi ini bisa melemah atau bahkan rusak karena berbagai faktor. Dari pengalaman Reza menangani klien, penyebabnya seringkali berkaitan dengan faktor psikologis, seperti luka batin dan trauma. “Jika aliran energi terganggu, tubuh akan kebingungan untuk bereaksi terhadap lingkungan, baik yang berupa makanan, udara, dan sebagainya,” jelas Reza.

Ini pernah dialami Febrie (29 tahun), apoteker di Jakarta. Selama belasan tahun, ia menderita eksim basah dan sariawan yang tak kunjung sembuh. Padahal, ia sudah menghindari semua bahan makanan yang diduga memicu alergi dan rutin minum obat.

“Baru ketika belajar meditasi, saya paham, ada alur hidup yang selama ini – tanpa sadar – saya tolak, dan meninggalkan trauma mendalam. Kalau diingat-ingat, eksim saya memang muncul sejak ibu saya menderita kanker, dan tak lama kemudian dipanggil Tuhan. Di saat saya belum siap, ayah saya memutuskan menikah lagi. Semua itu membuat saya luar biasa terpukul,” tuturnya sambil berkaca-kaca.

Sejak itu, ia rutin belajar self healing menggunakan metode Tapas Acupressure Technique (TAT), menekuni meditasi, dan yoga.  Perlahan-lahan, eksim dan sariawan di mulutnya sembuh. Tubuhnya juga semakin bugar.

“Ternyata, obat dari alergi tidak selalu berasal dari luar, namun justru sudah berada dalam diri kita sendiri. Terkadang, yang perlu kita lakukan hanya merendahkan hati untuk belajar mengenali diri sendiri, dan mencari tahu apa yang sesungguhnya terjadi,” pungkas Febrie . (N)

BOKS:
Agar Alergi Tak Datang Lagi
Kekebalan alamiah tubuh akan meningkat jika kita menjalani hidup sealamiah mungkin. Untuk itu, prinsip-prinsip yang perlu dilakukan antara lain:
  • Ikuti ritme alam
Gunakan malam hari untuk tidur -bukan untuk lembur atau melakukan aktivitas yang seyogyanya dilakukan pada siang hari. Pada waktu tidur, tubuh memproduksi hormon-hormon yang mengatur sistem metabolisme. Sistem metabolisme yang baik akan mendukung fungsi sitem imun menjadi lebih optimal. Sel-sel juga berkesempatan untuk beregenerasi, melakukan recovery, dan revitalisasi. Sel yang sehat membuat tubuh lebih fit.
  • Konsumsi makanan alami
Tubuh memerlukan nutrisi dari makanan yang diolah sealamiah mungkin. Biasakan diri mengonsumsi bahan makanan segar yang tidak diproses atau berada dalam kemasan. Perhatikan cara pengolahan, supaya unsur nutrisi di dalamnya tetap utuh. Daripada digoreng, misalnya, akan lebih baik bila makanan dimasak dengan cara dikukus, dipanggang, ditumis, atau direbus dengan sedikit air. Jika kangen gorengan, panggang bahan makanan. setelah matang, olesi dengan minyak zaitun.
  • Mulai sedini mungkin
Kesehatan seseorang ditentukan sejak ia berada dalam kandungan, karena pada saat itu sistem metabolisme tubuhnya mulai dibentuk. Jalani kehamilan sealamiah mungkin. Jika memungkinkan, pilih persalinan normal. Banyak penelitian membuktikan, bayi-bayi yang dilahirkan secara alami memiliki kekebalan lebih baik daripada yang lahir lewat operasi. Berikan ASI ekslusif selama enam bulan, dan lanjutkan hingga anak berusia 2 tahun. Utamakan untuk memberi makanan yang dimasak sendiri. Selain membuatnya terbiasa hidup sehat sejak dini, jika ada bahan-bahan makanan yang membuatnya alergi, menjadi lebih mudah dikenali.
  • Ciptakan lingkungan yang mendukung
Di negara-negara maju, kesadaran untuk menggunakan produk berbahan non-kimiawi sudah sangat tinggi. Sebisa mungkin, gunakan produk-produk rumah tangga dan perawatan tubuh berbahan alami. Kondisikan rumah agar cukup memiliki ventilasi, sehingga pencahayaan dan sirkulasi udara berjalan dengan baik.
  • Memilih untuk hidup bahagia
Berbagai studi mengungkapkan stres memboroskan energi, dan menggerogoti kesehatan kita diam-diam. Agar sehat, yang perlu dilakukan bukan menghindari stres, melainkan mengelolanya menjadi “bentuk lain” yang membuat hari semakin berwarna. Luangkan waktu untuk menepi sejenak dari rutinitas dan menyenangkan diri sendiri, meski dengan cara sederhana. Akan lebih baik jika aktivitas itu membuat kita bergerak, supaya energi di dalam tubuh kita mengalir dengan lancar.(N)

 

Kumpulan Menu MPASI 6 - 12 bulan

 
Pure Labu Kuning
Bahan:
  • ¼ labu kuning (labu parang)
  • 2-3 potong brokoli
  • Asi secukupnya
Cara membuat:
  • Bersihkan labu
  • Cuci bersih brokoli, rendam air garam sebentar lalu cuci lagi
  • Rebus Labu, saat sudah setengah matang, masukkan brokoli; masak sampai matang
  • Blender labu, brokoli, saring; sajikan, bisa ditambahkan dengan asi
Note: brokoli/wortel bisa diganti dengan ikan teri basah/salmon

Pure kentang
Bahan:
  • 1 kentang besar / 2 kentang kecil
  • 2-3 potong brokoli / wortel secukupnya
  • Asi secukupnya
Cara membuat:
  • Bersihkan kentang
  • Cuci bersih brokoli, rendam air garam sebentar lalu cuci lagi (bila wortel, setelah di bersihkan cukup di cuci saja)
  • Rebus kentang, saat sudah setengah matang, masukkan brokoli/wortel; masak sampai matang
  • Blender kentang, brokoli/wortel, saring; sajikan, boleh ditambah dengan asi
  • Note: brokoli/wortel bisa diganti dengan ikan teri basah/salmon

Pure Ubi Ungu/ Ubi Jalar
Bahan:
  • - 1 ubi ungu/ubi jalar besar
  • - 2-3 potong brokoli / wortel secukupnya
  • - Asi secukupnya
Cara membuat:
  • - Bersihkan ubi ungu/ubi jalar
  • - Cuci bersih brokoli, rendam air garam sebentar lalu cuci lagi (bila wortel, setelah di bersihkan cukup di cuci saja)
  • - Rebus ubi, saat sudah setengah matang, masukkan brokoli/wortel; masak sampai matang
  • - Blender ubi, brokoli/wortel saring; sajikan, boleh ditambah asi
Note: brokoli/wortel bisa diganti dengan ikan teri basah/salmon

Pure pisang
Bahan:
  • - 1 buah Pisang
  • - 1 buah jeruk manis
Cara membuat:
  • - Pisang dikupas dan di haluskan
  • - Jeruk di potong dan peras
  • - Campur pisang dan jeruk; sajikan

Pure melon
Bahan:
  • - 4 iris sedang buah melon
Cara membuat:
  • - Kupas dan buang biji melon.
  • - Haluskan.

Pure pepaya jeruk
Bahan:
  • - 1 iris sedang pepaya
  • - 1 buah jeruk
Cara membuat:
  • - Pepaya di kupas dan di cuci, potong kecil-kecil. Masukkan potongan ke dalam air hangat
  • - Jeruk di potong dan di peras.
  • - Blender pepaya dan jeruk; sajikan

Pure apel
Bahan:
  • - 1 buah apel manis matang
  • - Asi secukupnya
Cara membuat:
  • - Apel dikupas, buang bagian tengah, cuci sampai bersih, potong 4 bagian
  • - Kukus di atas api sedang 5-10 menit
  • - Angkat dan tiriskan. Setelah dingin, blender, sajikan, boleh ditambah asi

Nasi tim ayam
Bahan:
  • - Beras hitam dan beras merah (perbandingan 1:1 atau ½ sendok makan beras hitam, ½ sendok makan beras merah)
  • - Fillet dada ayam kampung
  • - 2-3 potong brokoli/wortel
  • - Sejumput kacang merah
  • - Asi secukupnya
Cara membuat:
  • - Bersihkan fillet dada ayam; tiriskan
  • - Cuci bersih brokoli, rendam air garam sebentar lalu cuci lagi (bila wortel, setelah di bersihkan cukup di cuci saja)
  • - Cuci beras merah dan beras hitam; masak dengan api sedang
  • - Bila beras sudah setengah matang, tambahkan air
  • - Masukkan fillet dada ayam, brokoli/wortel, kacang merah; masak dengan api kecil
  • - Bila sudah masak, blender semua bahan2; saring; sajikan boleh ditambah asi
Note: bila masih ada airnya, jangan dibuang. Berikan kaldu saat anak disuapi nasi tim saring

Nasi tim ikan salmon
Bahan:
  • - Beras hitam dan beras merah (perbandingan 1:1 atau ½ sendok makan beras hitam, ½ sendok makan beras merah)
  • - 2-3 potong fillet ikan salmon
  • - Segenggam bayam hijau
  • - Sejumput kacang merah
  • - Asi secukupnya
Cara membuat:
  • - Bersihkan fillet ikan salmon; tiriskan
  • - Cuci bayam hijau dan kacang merah; tiriskan
  • - Cuci beras merah dan beras hitam; masak dengan api sedang
  • - Bila beras sudah setengah matang, tambahkan air
  • - Masukkan fillet ikan salmon, bayam hijau, kacang merah; masak dengan api kecil
  • - Bila sudah masak, blender semua bahan2; saring; sajikan, boleh ditambah asi

Nasi tim merah
Bahan:
  • - Beras hitam dan beras merah (perbandingan 1:1 atau ½ sendok makan beras hitam, ½ sendok makan beras merah)
  • - Segenggam bayam merah
  • - Sejumput kacang merah
  • - sejumput ikan teri medan basah
  • - Asi secukupnya
Cara membuat:
  • - Cuci bayam merah; tiriskan
  • - Cuci teri medan basah; tiriskan
  • - Cuci beras merah dan beras hitam; masak dengan api sedang
  • - Bila beras sudah hampir matang, tambahkan air
  • - Masukkan kacang merah dan teri basah
  • - Bila sudah matang, masukkan bayam merah; masak sampai bayam merah matang (cukup sebentar saja supaya gizinya tidak hilang)
  • - Bila sudah masak, blender semua bahan2, saring; sajikan, boleh ditambah asi

Nasi tim sehat
Bahan:
  • - Beras hitam dan beras merah (perbandingan 1:1 atau ½ sendok makan beras hitam, ½ sendok makan beras merah)
  • - Segenggam bayam hijau
  • - 2-3 potong brokoli
  • - 2-3 potong wortel
  • - Sejumput kacang merah
  • - Sejumput teri medan basah
  • - Asi secukupnya
Cara membuat:
  • - Cuci bayam hijau; tiriskan
  • - Cuci bersih brokoli, rendam air garam sebentar lalu cuci lagi; tiriskan
  • - Cuci bersih wortel; tiriskan
  • - Cuci bersih kacang merah; tiriskan
  • - Cuci bersih teri medan basah; tiriskan
  • - Cuci beras merah dan beras hitam; masak dengan api sedang
  • - Bila beras sudah setengah matang, tambahkan air
  • - Masukkan wortel, kacang merah, teri medan basah; setelah hampir masak, masukkan bayam hijau masak sampai bayam hijau matang (cukup sebentar saja supaya gizinya tidak hilang)
  • - Bila sudah masak, blender semua bahan2, saring; sajikan, boleh ditambah asi

Pasta
Bahan:
  • - segenggam macaroni
  • - ½ potong tomat
  • - 2-3 potong wortel
  • - 2-3 potong fillet ikan salmon
  • - Sejumput kacang merah
  • - Asi secukupnya
Cara membuat:
  • - Cuci bersih fillet ikan salmon tomat, wortel dan kacang merah; tiriskan
  • - Cuci bersih macaroni; masak dengan api sedang
  • - Bila macaroni hampir matang, masukkan fillet ikan salmon tomat, wortel dan kacang merah
  • - Bila sudah masak, blender semua bahan2, saring; sajikan, boleh ditambah asi

Nasi tim daging giling
Bahan:
  • - Beras hitam dan beras merah (perbandingan 1:1 atau ½ sendok makan beras hitam, ½ sendok makan beras merah)
  • - Sejumput daging sapi giling
  • - 2-3 potong brokoli
  • - Sejumput kacang merah
  • - Asi secukupnya
Cara membuat:
  • - Cuci bersih daging sapi giling; tiriskan
  • - Cuci bersih brokoli, rendam air garam sebentar lalu cuci lagi; tiriskan
  • - Cuci bersih kacang merah; tiriskan
  • - Cuci beras merah dan beras hitam; masak beras dan daging sapi giling dengan api sedang
  • - Bila beras sudah setengah matang, tambahkan air sedikit
  • - Masukkan kacang merah; bila hampir matang, masukkan brokoli
  • - Bila sudah masak, blender semua bahan2; saring; sajikan, boleh tambah asi
Note: bila masih ada airnya, jangan dibuang. Berikan kaldu saat anak disuapi nasi tim saring

Nasi tim tahu
Bahan:
  • - Beras hitam dan beras merah (perbandingan 1:1 atau ½ sendok makan beras hitam, ½ sendok makan beras merah)
  • - 1 buah tahu cina
  • - ½ tomat
  • - 2-3 potong ikan salmon fillet
Cara membuat:
  • - Cuci bersih ikan salmon fillet
  • - Tomat di bersihkan bijinya dan di cuci bersih
  • - Cuci beras merah dan beras hitam; masak beras dan daging sapi giling dengan api sedang
  • - Bila beras sudah setengah matang, masukkan ikan salmon fillet
  • - Bila beras hampir matang, masukkan tomat dan tahu
  • - Bila sudah masak, blender semua bahan; saring; sajikan, boleh tambah asi

Bubur beras merah dan kacang hijau
Bahan:
  • - Beras merah 1 sdk makan
  • - Kacang hijau 1 sdk makan
  • - Segenggam daun bayam hijau
  • - 1 potong tomat
  • - 2-3 potong wortel
  • - Asi secukupnya
Cara membuat:
  • - Bayam , wortel di cuci bersih; tiriskan
  • - Tomat di bersihkan bijinya dan di cuci bersih; tiriskan
  • - Cuci beras merah dan kacang hijau; masak beras, kacang hijau dan wortel dengan api sedang
  • - Bila beras merah dan kacang hijau hampir masak, masukkan bayam dan tomat
  • - Bila sudah masak, blender semua bahan, saring; sajikan, boleh tambah asi

Kaldu Sayuran
Resep kaldu sayuran yang tujuannya juga sama, bikin makanan si kecil tetep enak meskipun gak pake gula garam. Fresh from the oven dan home made yang pastinya lebih sedap dan sehat.
Bahan-bahan :
  • 500 gr tulang ayam, ambil tulang punggung
  • 1 liter air
  • 1 buah wortel, potong-potong
  • 1/2 bawang bombay ukuran besar, iris-iris kasar
  • 2 lembar daun salam
  • 2 batang seledri, iris kasar
Cara membuat :
  1. Didihkan air, kemudian masukkan tulang ayam. Rebus terus dengan api kecil sampai tersisa 750 ml air.
  2. Masukkan semua bahan lain, lanjutkan merebus selama 15 menit.
  3. Angkat dan saring.
  4. Kaldu siap dipakai atau disimpan sebagai stok.

Kaldu Kaki Ayam
Resep kaldu kaki ayam untuk meningkatkan cita rasa makanan si kecil, biarpun walo gak pake gula garam rasa tetep enaaak….
Bahan-bahan :
  • 5 buah kaki ayam
  • 1 liter air
  • 1 batang daun bawang, iris halus
  • 1 buah tomat, iris halus
  • 2 lembar daun salam
  • 2 btg seledri
Cara membuat :
  1. Didihkan air, masukkan kaki ayam dan rebus dengan api kecil hingga air tersisa 3/4 nya (750 ml)
  2. Masukkan bahan lain dan lanjutkan merebus selama 15 menit.
  3. Angkat dan saring.
  4. Kaldu siap dipakai atau disimpan sebagai stok

Penambahan asi ke dalam mp-asi tidak wajib, hanya sebagai jembatan rasa pada awal pengenalan mp-asi setelah 6 bulan pertama bayi hanya mengenal rasa asi.
 
 
 
 

0 komentar: